Senin, 13 Oktober 2008

Antara Macet, Nyawa dan Motor

Lebaran jalur darat lintas Utara maupun Selatan Solo - Jakarta macet itu sudah hal yang biasa. Dalam benak pikiran saya akan terjadi macet sudah terbayang begitu lepas dari Madiun usai mengikuti reuni SMA 1 Madiun angkatan 81. Lepas pukul 14.00 WIB, saya diantar temen Bandono untuk mencari bis jurusan Madiun- Solo, sengaja tidak ke terminal melainkan langsung ke daerah Jiwan yang merupakan wilayah dari Kota Madiun dengan pertimbangan lebih deket serta dimungkinkan untuk tidak antri panjang .
Sambil pamitan, salah seorang temen Eric namanya menyampaikan sebuah SMS yang menyebutkan bahwa Ngawi sedang macet. Kebayang ketinggalan bis jurusan Solo - Jakarta sudah masuk dalam benak pikiran. " Dicoba saja dulu Ric, demikian saya menjawab menanggapi SMS tersebut. Dalam hati, mungkin ini upaya temen - temen untuk bisa menahan saya lebih lama untuk ngobrol, maklum sudah 27 tahun lama tidak ketemu, tentu butuh ngobrol dan cerita masa indah SMA dulu.
Langkah kanan pikir saya, begitu turun dari mobil Bandono langsung ada bis jurusan Solo. Perjalanan siang yang panas dan bis tanpa AC menambah gerah badan memulai perjalanan balik ke Jakarta untuk ketemu keluarga. menempati tempat duduk di tengah dan secara kebetulam berdampingan dengan penumpang asal Solo yang bekerja di Madiun.
Berita tentang macet di daerah Ngawi atau kira- kira 40 Km dari Madiun sementara tidak terbukti, bis yang saya tumpangi lancar dan tanpa terasa telah sampai Ngawi, tempat dimana saya di lahirkan 46 tahun yang lalu. Hal yang menggembirakan adalah istri bupati Ngawi yang sekarang adalah suami Antiek temen se angkatan SMA 1 Madiun 27 tahun yang lalu.
Kemacetan bisa saja tidak terasa akibat asyik ngobrol dan kondisi macet tidak seperti yang digambarkan dalam berita lewat televisi swasta tadi pagi, artinya kendaraaan macet berjam - jam seperti di daerah Indramayu deket Cirebon. Singkatnya, sampai di terminal Solo, perjalanan ke agen bis Lorena Solo dengan naik becak yang ditempuh dalam waktu 15 menit saja.
Tertera dalam tiket, jadwal bis Lorena jurusan Solo - Jakarta pukul 18.00 Wib berangkat dari Solo. Tanda - tanda kemacetan mulai terbayang, keinginan mandi ditunda dengan pertimbangan kawatir tidak cukup waktu. Maka dicoba mengisi perut dengan makan pada salah satu rumah makan terdekat agen bis Lorena Solo tersebut.
Singkat waktu, pukul 20.00 Wib, bis meluncur menuju Jakarta, kecepetan sedang karena masih dalam wilayah perkotaan, namun suasana macet mulai terasa ketika masuk wilayah Purworejo. Bis lebih banyak berhenti daripada jalannya, kemacetan lebih diakibatkan jalan tidak sanggup menampung kendaraan yang melintasi jalan tersebut.
Jumlah motor hampir separuh badan jalan, selain sulit untuk bergerak bagi kendaraan roda empat, pantas saja sopir kami sempat meliuk liukan bis yang dikemudikannya akibat rasa jengkel rombongan motor yang mengganggu dan menghalangi perjalanan.
Macet menjadikan pikiran dan perut mulai bernyanyi, sopir tidak berani mengajak mampir untuk makan, menurutnya sekali kita berhenti, maka akan jauh lebih panjang lagi antrian kendaraan yang berjalan secara pelan dan macet tersebut.
Kondisi tersebut menjadikan beberapa penumpang mulai gerah dan mual, anak - anak kecil juga tidak ketinggalan. Rasa syukur kepikir karena sebelum berangkat tadi sempat mengisi bahan bakar terlebih dahulu, untuk sementara waktu kondisi tubuh saya masih laik untuk terlambat makan.
Hiburan yang bisa saya nikmati adalah SMS dan buka Website lewat HP 9300, tertarik ketika membaca sebuah berita tentang tabrakan para pemudik yang menikmati perjalanan dengan sepeda motor. Dalam pikiran terbersit, keinginan irit namun tidak memikirkan keselamatan.
Bayangkan saja, Jarak Madiun - Jakarta sejauh tujuh ratusan KM mampu mereka tempuh selama 24 jam non stop, sementara bis saja yang lebih besar memakai jasa dengan adanya 2 orang sopir. Pemerintah sudah saatnya mengatur arus mudik dengan mempertimbangkan jarak serta kendaraan yang digunakan. Penggunaan sepeda motor untuk jarak jauh sudah harus mulai diatur agar korban jiwa akibat aeus mudik lewat motor bisa dikurangi.
Kami baru bisa makan pada pukul empat pagi pada salah satu restoran di Gombong, bayangkan saja jarak Solo Gombong yang bisa ditempuh dalam waktu 4 jam normal harus ditempuh selama dua kali lipat dari waktu biasa atau 8 jam. Kepikir kejadian yang sama akan terulang lagi untuk perjalanan berikutnya, selain menyempatkan diri makan dan sholat juga sedikit membawa bekal cukup untuk kemungkinan nanti tidak mampir lagi.
Minggu tanggal 5 Oktober tepat hari bersejarah Hari ABRI ternyata membawa kisah tidak terlupakan dengan kondisi macet yang amat macet. Gombong - Purwokerto saja yang bisa ditempuh sejam kali ini lama banget dan memakan waktu 5 jam, sebuah kondisi yang amat jauh seperti ketika masih kuliah pada Fakultas Peternakan Unsoed.
Perjalanan macet memang sulit untuk dinikmati kecuali bagi yang bisa tidur dan juga ngobrol. Saya mencoba untuk ngobrol, namun tetap juga tidak bisa mengusir jenuh serta penat. Daerah Gombong, Karanganyar, Kebumen, Purwokerto merupakan waialayh yang dulu menjadi daerah saya jalan ketika kuliah di Unsoed tahun 1981- 1986.
Kondisi sekarang sedang tidak nyaman, seumur - umur macet selama 30 jam antara Solo _ jakarta menjadi kenangan yang berbanding terbalik antara perjalanan menuju Madiun dan pulang dari Madiun yang tujuan akhir adalah Jakarta.
Bis baru kembali berhenti untuk makan pukul 15.30 di daerah Indramayu, kemacetan tetap terus membayangi dan baru bisa lega begitu masuk tol cikampek, dan akhirnya daerah lebak bulus ( Jakarta Selatan ) begitu jarum jam menunjukkan waktu 00.30 Wib.
Sampai di rumah kakak yang berlakasi di Pondok Cabe pukul 01.00, masih berrsyukur kendati harus berlama dengan bis 30 jam perjalanan Solo - Jakarta namun masih juga ada yang bisa dikenang dan menunggu jawaban pemerintah menanggapi kemacetan yang sudah lewat ambang penantian

2 komentar:

ciwir mengatakan...

mudik memang menyenangkan sekaligus menyebalkan....

saya pas H minus 5 ada acara di Jakarta, nyetir mobil sendiri dari Magelang (tgl 22 sept berangkat), pulngnya tgl 26 sept...
dijalanan macet...

Anonim mengatakan...

Menyebalkanya pas kita di mintai anpo sama keponakan dan yang paling menyenagkan kita dan dapt bertemu keluarga lagi..Salam kenal bung,,Link back yach???