Senin, 24 November 2008

Budak Lengkang,Antara Tradisi Bahari dan Prestasi


Perjuangan anak-anak Pulau Lengkang untuk mempertahankan juara Dragon Boat Race di Tanjung Pinang memang membanggakan. Tidak ada keluhan menyangkut persiapan dan selama mengikuti perlombaan yang menempuh jarak 600 meter tersebut di pantai Tanjung Pinang.
Untuk menjangkau Pulau tersebut, kita butuh waktu 25 menit dari pelabuhan antar Pulau di Sekupang. Begitu mendarat pada salah satu rumah penduduk, kita akan jumpai hamparan tanah yang sering digunakan oleh anak – anak pulau tersebut memainkan bola.
Permukaan tanah lapang tersebut yang tidak rata dan adanya kerikil pada permukaan justru telah membentuk fisik dan mental yang kuat dalam mengarungi hidup. Tempaan ombak, angin dan pasang surut membuat tekad mereka untuk menjadi yang terbaik.
Dalam partisipasi lomba dayung baik yang bertitel Sea Eagle maupun Dragon Boat telah mereka ikuti dengan hasil yang senantiasa masuk final serta keberhasilan meraih juara merupakan bukti bahwa mereka layak diberi penghargaan.
Yel-Yel untuk membakar semangat bertanding mereka punya, sebuah kreatifitas yang jelas menjadi salah satu kunci dalam menggalang rasa kebersamaan. Pengalaman mendayung yang telah dialami sejak kecil memberikan suntikan ketika menghadapi masalah dalam sebuah perlombaan.
Pesaing dalam lomba juga tidak saja lokal Batam, Kaltim, Jambi, Sumbar, Jakarta yang selama ini menjadi jawara pada even yang bertajuk Dragon Boat ternyata mengakui keperkasaan Jumaat dkk dalam meraih gelar juara.
Salah satunya berasal dari Eva manajer tim Padang, “ Batam Merah layak tampil pada even nasional,”. Melihat cara mereka memutar dan mendayung juga mereka akui memiliki cirri yang khas untuk mendayung di laut.
Pengaturan tempo dan menjaga kebugaran senantiasa mereka pertahankan. Begitu mendengar babak perempat final, semi final dan final dilakukan dalam satu hari, tentu butuh kebugaran untuk bermain tiga kali dalam sehari yang tidak seperti biasanya.
Tidak ngotot ketika berlomba pada babak perempat final dan lebih mementingkan untuk masuk final menjadi salah satu kunci keberhasilan Batam Merah mempertahankan gelar.
Berbeda dengan tim lain yang justru memaksakan catatan waktu tercepat tidak mendukung dalam mendulang prestasi juara pada putaran final, factor kelelahan tim lain saat final menjadi bukti akibat diforsir pada babak sebelum final bahkan ada yang pingsan ketika memasuki garis finish.
Dari prestasi yang telah ditoreh oleh anak-anak Pulau Lengkang sudah selayaknyalah mereka diberi kesempatan untuk berprestasi pada tingkatan yang lebih tinggi lagi. Disamping itu, tidak ada salahnya bila Pulau Lengkang dijadikan Pusat Pelatihan Olahraga Dayung, Cano yang tentu tidak beda jauh.
Prestasi sudah terbukti, tradisi bahari yang mengakar dengan mendayung merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari – hari dukungan dan perhatian untuk menjadi Pulau penghasil atlit kebanggaan Batam dan Propinsi Kepri layak diwujudkan.

Kamis, 06 November 2008

Pawang Juga Manusia


Pembukaan POPWIL I se Sumatra tahun 2008 telah dilakukan, multi even olahraga yang untuk pertama kalinya digelar di Batam tersebut telah memberi pengalaman kita semua pelaku dunia olahraga soal mensikapi situasi dan kondisi.
Salah satunya soal hujan, kendati sudah dipersiapkan seorang pawang toch ketika hujan turun tidak juga mampu menahan turunnya hujan atau biasa disampaikan bahwa tugas pawang adalah memindahkan hujan ke tempat lain, bukan meniadakan hujan. Kendati sudah komat - kamit dan melakukan berbagai ritual hujan tetap turun dan itu bahkan menjadi tontotan dari semua yang hadir.
Kondisi hujan tidak menyurutkan panitia untuk tetap mengadakan pembukaan, defile tetap dilakukan dan kendati adanya kontingen yang mangkir untuk defile, the show must go on juga.
Kembali soal pawang, sebagian penonton menilai akibat arogansi sang pawang. Tidak semua pawang hujan menampakn diri ketika sedang menjalani ritual untuk memindahkan hujan, justru dengan "unjuk rasa" didepan penonton ternyata hujan tetap saja turun dan bahkan makin deras.
Manusia sebatas usaha, itu filosofi hidup, namun bila usaha itu dilakukan secara khusuk dan tidak terkesan pamer hasilnya pun akan lebih nampak. Dengan menonjolkan kemampuan malah mendapatkan cemooh dan hal itu justru tidak mendukung dalam bentuk doa malah sebaliknya.
Hal lain soal defile, melihat hujan turun, panitia mengurangi jumlah atlit yang mengikuti defile untuk mempersingkat waktu serta menghindari banyaknya atlit yang kehujanan yang akan berpengaruh terhadap kondisi atlit yang bersangkutan.
Soal atraksi juga perlu pertimbangan untuk kegiatan yang dilakukan pada tempat terbuka, terjun payung misalnya baru dilaksanakan setelah atraksi tarian anak - anak selesai dengan pertimbangan kondisi cuaca tidak mengganggu para penerjun.
Semua kegiatan memang perlu pertimbangan, pawang manusia juga yang tentu ada keterbatasan, sebagai manusia juga tidak luput dari kekurangan , dengan usaha dan tidak takabur bisa saja sebuah upaya akan mendatangkan hasil seperti yang kita harapkan. Pengalaman memang guru yang sangat berharga,