Rabu, 28 Januari 2009

Pemilu Diambang Pintu

Kebiasaan mengamati memang mengasyikan dan bisa menjadi sebuah kelebihan yang terkadang tanpa kita sadari bisa membuat orang senang. Rasa penasaran terhadap Daftar Pemilih tetap ( DPT) mengusik untuk diliat dibaca dan sambil mencoba "membantu" tetangga agar bisa menyalurkan aspirasinya pada Pemilu mendatang.
Pertama-tama tentu melihat nama dan selanjutnya tanggal kelahiran, sambil iseng mengucapkan selamat ulang tahun dengan mengirim SMS. tentunya yang bersangkutan kaget dan membalas SMS dengan ucapan terima kasih dan ujungnya yang kita nantikan, " tau darimana ?
Tidak sebatas ulang tahun yang menjadi titik bidik dalam memeloti DPT, ukuran huruf relatif kecil untuk usia saya yang sudah memasuki kepala empat ini. Plus 1 1/2 sudah tentu membutuhkan kesabaran dan berulang kali dibaca agar tetangga terbantu mengetahui TPS yang akan dituju nantinya.
Kekawatiran tidak masuk dalam DPT seperti saya alami pada Pemilihan Gubernur Kepri beberapa waktu yang lalu menjadikan keinginan tau makin kuat untuk melihat DPT Pemilu 2009 nanti. Begitu dicermati ternyata para tetangga saya yang sejak Pemilu 2004 baik saat Pemilihan legislatief, Presiden, Gubernur, Walikota Batam senantiasa berada dalam satu TPS, untuk kali ini, para tetangga tersebar kedalam lima TPS yang berbeda.
Dari otak atik DPT, ternyata ada manfaatnya. Selain bisa mengetahui lebih dekat para tetangga kita yang nota bene selama ini para istri lebih banyak dompleng pada nama suami atau nama anak sulung ternyata kita mendapatkan kepercayaan sebagai yang mengetahui dan memahami soal DPT, Alhamdullilah.
Tanpa disadari bahwa kebiasaan mendompleng nama suami ikut menyulitkan dalam pencarian nama dalam DPT. Dengan memperhatikan alamat tempat tinggal, kita pada akhirnya bisa mengetahui nama seseorang, tapi tidak selamanya itu benar, terbukti salah alamat dalam DPT masih saja terjadi, makanya cara lain kita bisa telusuri dengan tempat dan tanggal kelahiran.
Menyangkut Pemilu 2009 atau tepatnya tanggal 09 April mendatang, kerja keras memang harus dilakukan. Kalau warga passive sementara petugas KPPS tidak tau alamat para pemilih ini menjadi kendala untuk bisa melanagsungkan Pemilu secara maksimal, partisipasi semua pihak jelas diperlukan.
Anggapan ngumpul untuk silahturahmi sambil menyalurkan aspirasi itu mungkin yang perlu digalakkan. Makin banyak silahturahmi konon bisa menambah usia kita, bahkan dengan berkumpul sesama tetangga bisa saling curhat. Ada rasa kepuasan kalau pilihan kita bisa jadi, artinya harapan kita mengenal para caleg itu sudah mencukupi dan harapan untuk terjadinya perubahan kesampingkan terlebih dahulu.
Sama seperti kita memfavoritkan sebuah tim dalam suatu pertandingan, menang kita merasa senang dan bangga bahwa jagoan kita bisa mencapai seperti diharapkan, namun toch kegembiraan itu sifatnya semu.
Lain halnya bila pilihan kita bisa menjadi " wakil rakyat ", namanya saja wakil rakyat sudah tentu tidak mewakili kita saja, rakyat Batam, Kepri dan Indonesia secara keseluruhan. Jadi lebih baik memilih daripada tidak, paling tidak tanggung jawab sebagai warganegara sudah kita laksanakan, soal menang kalah biasa itu namanya pilihan.
Cara pandang yang positif harus kita kedepankan, niat baik akan memberikan kita keikhlasan tanpa adanya sebuah keterpaksaan, pada akhirnya kita harus bisa belajar untuk bisa menerima sebuah kekurangan untuk suatu proses pembelajaran....

Selasa, 06 Januari 2009

Anak, Hiburan dan Harapan

Enak cerita anak, daripada cerita pekerjaan. Jelang tahun baru, kami berkesempatan untuk merayakan bersama-sama dengan keluarga dan tetangga dekat. Si bungsu lagi " apes", sehari menjelang tahun baru 2009, terkena cacar, untung kata dokter segera diperiksa dan tidak begitu terlambat.
Memang sich, dokter bilang tidak masalah kalau renang, namun akibat kurangnya pengertian yang sama, Icha justru terkucilkan dari gerombolan temen sebaya. Rasa ketakutan ketularan menjadi si bungsu lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar hotel.
Kendati masih TK, namun yang menjadi rasa haru tumbuh sebagai orangtua, ketika Icha menulis pada sebuah halaman koran terbitan Batam, yang ditulis dengan pensil bertuliskan " Ada cacar di Tiban Blok N, namanya Icha. Jangan dekat bahaya" begitu bunyi yang tertera pada kolom iklan berwarna.
Ketika saya sampaikan bahwa tidak menular dengan bukti bahwa saya masih mau mengendong dan deket, jawabnya " Ya tidak nular karena bapaknya, sebuah jawaban polos yang memberikan kita bahwa anak tetap membutuhkan perhatian dan juga kasih sayang dengan orangtuanya.
Belum kering cacar yang dideritanya, tiba saatnya masuk sekolah. Secara kebetulan kedua abangnya terima rapot, yang SMP alhamdulilah nilainya cukup buat beli krupuk begitu saya mengomentari nilai yang didapat Fadly anak kedua saya. Lain cerita dengan yang SMA, secara kebetulan saya sendiri yang ambil, nilai yang didapat tidak lebih dari sebatas pantas begitu komentar sang wali kelas.
Sebagai orangtua, tentu ingin memberi komentar, keduanya sengaja saya nilai kurang rajin dan terlalu banyak nonton tv. Maka ceritalah masa lalu ketika masih di SMP dan SLTA dengan menunjukan nilai rapor yang masih tersisa rapi di lemari.
Cerita tentang jalan kaki ke sekolah dan belajar dengan pakai lampu petromak dengan maksud untuk membandingkan bahwa anak-anak sekarang lebih "enak" untuk belajar, justru mendapatkan jawaban yang mengagetkan. "Itu khan dulu pa, sekarang khan beda. Loh jadi dengan kondisi yang lebih enak, hasilnya emang beda juga, namun disayangkan nilainya malah lebih kecil dari jaman dahulu.
Jadi orangtua jaman sekarang memang susah - susah gampang, berharap ingin anaknya seperti kita jaman dahulu tidak usah perlu berharap. Mereka tidak nakal saja kita sudah bersyukur, apalagi punya prestasi. Tugas kita memberi kasih sayang, memberi mereka pendidikan dan juga bimbingan mungkin itu yang wajib.
Kalau dipikirin terus seperti kenakalan dan bandel tentu bikin rambut cepat ubanan, Masing - masing anak sudah ada suratan hidupnya itu saja yang dipikir. Berharap jadi pemain sepakbola, anak justru suka main bulutangkis, berharap yang kedua mau olahraga malah cenderung tidak suka olahraga.
Pada akhirnya, anak memang menarik dibahas dan diceritakan, seperti halnya liat anak kecil kita jadi ingat anak kita, tapi kalau liat perempuan seakan - akan sengaja atau pura-pura lupa orang rumah. Kembali kepada masing - masing, intinya anak memang harapan yang bisa dinantikan, corat-coret kita sejak kecil sampai menjelang remaja akan menjadi buah yang pada akhirnya bisa membahagiakan kita nantinya.