Senin, 15 September 2008

Enak Jadi Pengamat Bola

Pengalaman menarik ketika sholat taraweh di Mesjid Al Muhajirin Tiban Indah, selain lokasi dekat rumah, sekaligus bisa mengawasi anak hadir tidaknya untuk Menjalankan sholat sunnah tersebut.
Seperti biasa usai sholat Isyak dilanjutkan dengan ceramah agama sebelum melaksanakan sholat taraweh. Ketika sebuah nama disebutkan untuk memberikan ceramah ternyata, yang bersangkutan tidak hadir, maka diberikan kepercayaan tersebut kepada Baharuddin Has yang nota bene juga seorang kepala sekolah di Tiban tersebut.
Saya tidak bicara soal materi ceramah, karena sadar diri bahwa pengetahuan saya tentang agama masih perlu ditingkatkan dan didalami. Pikiran saya justru tertuju pada soal jabatan yang disebutkan oleh pembawa acara tadi menyangkut penceramah yang tidak hadir.
Sambil pulang ke rumah, ditengah perjalanan istri saya nyeletuk. " Begitulah pa, kalau orang sudah tidak menjabat lagi,kita sudah tidak dianggap lagi. Sambil mengurangi tarikan gas motor, saya menjawab sambil sedikit " menyombongkan diri ", berbahagialah mama mendapat suami seorang pengamat bola .
Emang kenapa? jawab singkat istri saya. Jabatan yang melekat pada diri seseorang ada yang langgeng dan ada juga yang tidak. Untuk yang disebut mantan karena pernah menjabat misalnya adalah mantan gubernur, mantan presiden sampai pada jabatan kepala dinas maupun yang lainnya.
Namun saya bersyukur, kapasitas saya sebagai pengamat sepakbola Batam dengan sebutan Bung Chris jelas tidak akan pernah menjadi mantan pengamat. Inilah yang membanggakan dan pantas disyukuri oleh kita, begitu saya menjelaskan sambil menirukan gaya penceramah sholat taraweh tadi. Dengan sedikit kesel istri saya pun menjawab " Memang kecap tidak akan pernah nomer satu atau dua," selalu saja nomer satu walau kadang rasanya pun tidak cocok dengan lidah kita.
Sambil meletakkan motor revo di halaman, kami masih saja berdebat soal jabatan yang tentu menarik apalagi menjelang Pemilu 2009, banyak nama yang tidak lagi mengihiasi halaman koran menyangkut pencalonan legislatief pada periode 2009-2014 mendatang.
Nasib manusia tidak ada yang tahu, hanya nawaitu untuk merubah nasib disertai usaha keras dan doa bisa menjadikan seseorang mampu meraih cita - cita yang diinginkannya. Hakiki hidup manusia pada dasarnya adalah silahturahmi, dengan seringnya kita bersosialisasi dengan tetangga maupun masyarakat pada umumnya menjadikan diri kita dikenal dan mendapat kawan.
Pada saat kita mengalami cobaan, biasanya orang terdekat kita lah yang pertama kali akan membantu kita. Kesan yang ditimbulkan adalah rasa kesetiakawanan sosial menjadikan kita dikenal dan senantiasa akan mendapat penghargaan bukan karena suatu jabatan.
Anak sulung saya , Fitrah mengejutkan dengan sebuah pertanyaan tentang hasil pertandingan Milan melawan Genoa. Sambil berdiri dan mengajak istri masuk,saya katakan kepada Fitrah liat saja di Trans TV. mungkin belum selesai.
Tanpa menunggu jawaban, saya coba putar TV dan ternyata sedang berlangsung babak kedua partai yang mempertemukan Genoa melawan Milan tersebut sampai peluit panjang dibunyikan, skor 2-0 untuk Genoa.
Enak memang menjadi pengamat bola.....

Tidak ada komentar: