Rabu, 16 April 2008

Ngaku Kalah, Emang Susah

Anak saya paling kecil Icha namanya, usia baru 5 tahun lebih. Keinginan tahu emang tinggi si bontot dari tiga bersaudara tersebut. Selasa (15/4) sore dia, telepon, " Pak bagaimana ? menang atau kalah. Dengan rasa berat saya jawab , kalah Cha, dengan alasan lawan lebih kuat. " Kok bisa kalah, begitu Icha menjawab dengan nada bertanya, sebuah pertanyaan yang tidak mesti dijawab, cukup dengan kata Bapak sudah mau pulang kok.
Berat memang untuk menjawab sebuah kekalahan, namun sebagai sebuah proses pendewasaan kepada anak kita, sudah tentu jawab aja apa adanya.Kita sudah biasa dengan berita dunia sepakbola kita, kalah bisa jadi amarah yang akan terjadi. Kambing hitam akan muncul dimana-mana. Wasit berat sebelah itu yang sering dituduhkan, tuan rumah telah intervensi aparat pertandingan mulai dari wasit sampai asisten wasit.
Kondisi tidak terima atas kekalahan juga menjalar pada saat Pilkada, baik di Maluku Utara, Jawa Barat dan sekarang Sumatra Utara,dan beberapa pengalaman terdahulu soal Pilkada. semua itu karena para pendukung calon belum siap menerima kekalahan.
Kembali pada jiwa besar untuk menerima kekalahan, kekalahan yang dialami oleh Tiban Indah FC dalam Piala Walikota VIII yang baru lalu lebih diakibatkan kurangnya persiapan. Prestasi memang tidak bisa dicapai secara instan, pengalaman menjadi juara pada Piala Walikota 2005 memang tidak bisa diulang kembali.
Waktu itu, tim dipersiapkan secara matang baik fisik maupun mental, penanganan secara kontinyu juga telah disiapkan jauh hari. Evaluasi tiap pertandingan dan uji coba dilakukan sehingga bisa memberikan koreksi atas kekurangan terhadap tim.
Satu hal yang menggembirakan dengan kekalahan ini, sebagian besar pemain meminta maaf dan menyadari kekurangan yang mengakibatkan mereka tersingkir dari putaran 8 besar Piala Walikota Batam 2008. Biasanya jarang ungkapan maaf terjadi ketika mengalami kekalahan, yang terjadi adalah lawan sudah kelewat umur dan lain sebagainya. Secara administrasi sudah jelas mereka saha sebagai pemain, berpulang kepada pencurian data, pada tingkat nasional Indonesia juga pernah dipermalukan pada U-16 tahun ketika diberlakukan screnning secara teliti.
Bila pada semua even, baik itu olahraga maupun Pilkada sudah ditanamkan bahwa ada yang kalah dan ada yang menang untuk sama - sama bisa menerima secara jiwa besar. Bagi yang menag sudah saatnya bersyukur bahwa kali ini diberi kesempatan untuk menang , sementara yang kalah juga bisa menerima belum saatnya untuk menjadi pemenang, mungkin pada kesempatan lain bisa menang.
Negeri Indonesia dari dahulu kaya dengan kebinekaragaman, namun masih juga bisa bersatu teguh dalam mengatasi permasalahan, alangkah sedihnya kalau kita berselisih cuma akibat kekalahan yang diakibatkan oleh satu pasangan atau satu tim, masih banyak lagi yang perlu kita pikirkan dengan sama - sama bersatu untuk mengatasinya.